----- > Teman Bicara < -----

**--** Antara Kita Tiada Rahsia **--**

Monday, February 21, 2011

Titipan Buat Wanita

"Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki."

Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apa gunanya aku menjadi perhatian lelaki andai murka Allah ada di situ. 

Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang.
Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.

Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan.

Bagaimana akan kujawab di hadapan Allah kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi?

Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias peribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah.

Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?

Tidak kunafikan sebagai remaja, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu.

Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain. Engkau berhak mendapat kasih yang tulen.
Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa.
Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.

Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku.
Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.
Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita yang lain, dilamar lelaki yang bakal memimpinku ke arah tujuan yang satu.

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah.

Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan dibazirkan perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk membuat begitu.
Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari redha Illahi.
Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu.
Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu.

Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku. Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku.
Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga.

Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan muhrimnya, cukuplah dengan itu hilang harga dirinya di hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah.

Yang dicari walau bukan putera raja, biarlah putera Agama.
Yang diimpi, biarlah tak punya rupa, asal sedap dipandang mata.
Yang dinilai, bukan sempurna sifat jasmani, asalkan sihat rohani dan hati.
Yang diharap, bukan jihad pada semangat, asal perjuangannya ada matlamat.
Yang datang, tak perlu rijal yang gemilang, kerana diri ini serikandi dengan silam yang kelam.
Yang dinanti, bukan lamaran dengan permata, cukuplah akad dan janji setia.
Dan yg akan terjadi, andai tak sama dgn kehendak hati, insyaAllah ku redha ketetapan Illahi..

Wahai wanita, ku ingatkan diriku dan dirimu, peliharalah diri dan jagalah kesucian.. semoga redha Allah akan sentiasa mengiringi dan memberkati perjalanan hidup ini.

- Artikel iluvislam.com

Bercerita Tentang Jodoh

Jodoh seperti rezeki, ia telah ditentukan. Namun, kita tidak tahu apa yang telah ditentukan oleh Allah. Dengan berpegang pada hakikat itu kita diperintahkan-Nya agar berusaha.Carilah jodoh yang baik, carilah rezeki yang baik dengan jalan yang baik juga. Siapa jodoh kita? Berapa banyak rezeki kita? Dan bila? Itu bukan kerja kita. Itu ketentuan Allah. Milik kita hanya usaha.

Jadi, berusahalah dengan baik, Allah pasti tidak akan mengecewakan kita. Wajib menerima takdir tidak menolak kewajiban untuk mentadbir.

"Dulu saya tidak pernah melihat wajah bakal isteri saya," kata seorang abang yang sangat saya hormati.
"Pelik tu bang. Bagaimana jodoh abang diaturkan?"
"Ikut pilihan guru agama yang mengajar saya," jawabnya pendek.
"Mengapa tidak mahu melihat wajahnya? Kan itu dibenarkan oleh syariat? Barangkali sebab waktu itu tidak ada ruangan sosial seperti Facebook dan Twitter?" gurau saya.
"Memang belum ada. Tetapi ada cara lain. Gambar dan cara-cara yang lain ada, tetapi sebenarnya ada sebab lain..."

Dalam diam, saya rasa hairan. Wajahnya saya tenung. Dia orang yang sangat saya hormati. Sahsiah dan kepimpinannya sangat menawan hati. Tentu ada sebab yang solid untuk dia bersikap demikian.
"Sebelum aktif sebagai aktivis Islam seperti sekarang, saya pernah menjalin hubungan cinta. Dia teman lama sejak di sekolah rendah lagi," jelasnya dengan tenang.

"Habis mengapa putus?"
"Kami putus kerana dia ada jalan tersendiri. Saya ajak bersama saya dalam perjuangan Islam ini tetapi dia selesa dengan gayanya. Lepas, bebas. Jadi kami berpisah setelah 10 tahun bercinta."
Wah, ini kisah cinta yang  dramatik! Saya tidak sangka sama sekali dia yang selama ini kelihatan begitu iltizam, tegas dan berwibawa pernah melalui tragedi cinta.

Isteri Amanah
"Itu kisah sebelumnya. Tetapi bagaimana dengan kisah pertemuan dengan isteri abang sekarang?" kata saya beralih kepada maksud asal pertanyaan.
"Setelah putus, abang terus pinta guru agama carikan jodoh. Ingin fokus kepada gerakan dan amal Islami tanpa diganggu gugat lagi oleh emosi cinta."
"Tetapi mengapa abang tidak mahu melihat bakal isteri pilihan guru? Tidak dibenarkan?"
"Itu keputusan personal saya. Guru memberi kebebasan. Mahu melihat dulu, silakan. Tidak mahu, tidak mengapa."

"Dan abang memilih untuk tidak melihat. Kenapa?"
"Eh, kamu masih tegar dengan soalan asal? Begini, bekas kekasih abang dulu sangat cantik. Abang takut perasaan abang diganggu oleh godaan perbandingan. Takut-takut, bakal isteri tidak secantik kekasih lama. Jadi abang tekad, nikah terus tanpa melihat wajahnya."
Saya terkesima sebentar dan dengan pantas saya bertanya kembali, "Tetapi abang akan terpaksa juga membuat perbandingan setelah bernikah bukan? Setelah nikah, abang akan melihat wajahnya. Dan ketika itu mahu tak mahu godaan perbandingan akan datang juga."
Sekali lagi dia senyum. Matanya bersinar-sinar dengan keyakinan. Jauh di lubuk hati, saya mengakui, dia memang bercakap dari hatinya.

"Amat jauh bezanya antara membandingkan wanita lain dengan bakal wanita yang akan kita nikahi dengan wanita yang telah kita nikahi..."

Pendek dia menjawabnya, namun terus menusuk ke hati saya. Tanpa saya pinta dia menyambung, "Apabila seorang wanita telah kita nikahi dengan sah, dialah wanita yang diamanahkan oleh Allah untuk kita bimbing dan pimpin menuju syurga. Nasib kita dunia dan akhirat sangat berkait rapat dengannya. Dia adalah jodoh yang ditakdirkan buat kita. Dialah wanita yang pasrah dan menyerah kepada kita atas nama Allah. Pada waktu itu, bagaimanapun keadaan wajahnya, siapa pun dia, sudah menjadi soal kedua."

Cantik Itu Relatif dan Subjektif
"Abang tidak takut, kalau tiba-tiba wajah atau keadaannya tidak serasi dengan cita rasa abang? Maksudnya, er... er... kita masih manusia bukan?" saya menduga hatinya.
Dia ketawa tiba-tiba.

"Ya, kita masih manusia. Tetapi kita bukan sekadar manusia. Kita hamba Allah dan khalifah. Isteri ialah teman kita untuk memikul amanah dua misi berat itu. Untuk melaksanakannya, kita bukan hanya perlukan kecantikan seorang wanita, tetapi ilmunya, akhlaknya, sifat pengorbanannya dan kesetiaannya."
"Jadi, untuk itu kecantikan tidak penting?"

"Semua yang datang daripada Allah ada kebaikannya. Namun ingat, Allah lebih tahu apa yang baik untuk kita berbanding kita sendiri. Sesiapa yang tekad menjadi hamba Allah dan khalifah, pasti tidak akan dikecewakan-Nya. Orang yang baik berhak mendapat yang baik, bukan begitu?"
"Bukan yang cantik?" jolok saya lagi.

"Cantik itu relatif dan sangat subjektif. Beauty is in the eye of the beholder, bukankah begitu? Cita rasa manusia tentang kecantikan tidak sama. Malah ia juga berubah-ubah mengikut masa, usia dan keadaan. Tetapi yang baik itu mutlak dan lebih kekal sifatnya," balasnya dengan yakin.
"Maksud abang?"

Dia diam. Termenung sebentar. Mungkin mencari-cari bahasa kata untuk menterjermahkan bahasa rasa.
"Kecantikan seorang wanita tidak sama tafsirannya. Orang budiman dan beriman, menilai kecantikan kepada budi dan akhlak. Pemuja hedonisme dan materialisme hanya fokus kepada kecantikan wajah dan daya tarikan seksual."

Ketika saya ingin menyampuk, dia menambah lagi, "Cantik juga relatif mengikut keadaan. Jelitawan sekalipun akan nampak hodoh dan membosankan apabila asyik marah-marah dan merampus. Sebaliknya, wanita yang sederhana sahaja wajahnya akan nampak manis apabila sentiasa tersenyum, sedia membantu dan memahami hati suami."

"Oh, betul juga tu!" kata saya. Teringat betapa ada seorang kenalan yang sering mengeluh tentang isterinya, "Sedap di mata tetapi sakit di hati..."

Wasilah Memilih Jodoh
"Bagaimana sebaik selepas berkahwin? Tak terkilan?" ujar saya dengan soalan nakal.
"Memang dari segi kecantikan, isteri abang sekarang biasa-biasa sahaja."
"Maksudnya yang dulu lebih cantik?"

"Kamu ni, fikirannya masih berkisar dan berlegar-legar di situ juga. Ingat, yang biasa-biasa akan jadi luar biasa cantik apabila makin lama kita bersama dengannya. Itulah pengalaman abang. Hari ke hari, kecantikan isteri semakin terserlah. Entahlah, apa yang Allah ubah. Wajah itu atau hati ini?"
Wah, dia seakan berfalsafah! Kata-katanya punya maksud yang tersirat.

"Apa kaitannya dengan hati?" layan lagi. Ingin saya terus mencungkil mutiara hikmah daripadanya.
"Kalau hati kita indah, kita akan sentiasa melihat keindahan. Sebaliknya kalau hati rosak, keindahan tidak akan ketara, sekalipun sudah tampak di depan mata. Atau kita mungkin akan mudah bosan dengan apa yang ada lalu mula mencari lagi. Percayalah, orang yang rosak hatinya akan menjadi pemburu kecantikan yang fatamorgana!"

'Ah, tentu dia bahagia kini!' bisik hati saya sendiri.
"Apa panduan abang jika semua ini ingin saya tuliskan?"
"Pilihlah jodoh dengan dua cara. Pertama, jadilah orang yang baik. Insya-Allah, kita akan mendapat jodoh yang baik. Kedua, ikutlah pilihan orang yang baik. Orang yang baik akan memilih yang baik untuk jadi pasangan hidup kita."

Jadi Orang Baik dan Pilihan Orang Baik
"Tapi bang, ramai yang menolak kaedah kedua. Kata mereka, mana mungkin kita menyerahkan hak kita memilih jodoh sendiri kepada ibu bapa, guru atau individu-individu lain sekalipun mereka orang yang baik-baik."

"Tak mengapa. Kalau begitu, cuna cara pertama, jadilah orang yang baik."
"Itu susah bang. Bukan mudah hendak menjadi orang yang baik. Ia satu proses yang panjang dan sukar menentukan apakah kita sudah jadi orang yang baik atau belum."

Abang tersenyum lantas berkata, "Kamu menyoal bagi pihak orang lain bukan?"
Saya diam. Dalam senyap saya akui, inilah soalan yang sering diajukan oleh para remaja di luar sana.
"Kedua-dua cara itu boleh dijalankan serentak. Maksudnya, jika kita berusaha menjadi orang yang baik, insya-Allah, Allah akan kurniakan kita jodoh yang baik melalui pilihan orang baik. Ataupun kita berusaha menjadi orang yang baik sambil mencari orang yang baik sebagai jodoh, dan nanti pilihan kita itu direstui oleh orang yang baik!"

Wah, kedengaran berbelit-belit ayatnya, namun jika diamati ada kebenarannya.
"Tetapi ada juga mereka yang menolak pilihan orang yang baik bukan?"
"Kerana mereka bukan orang baik," jawabnya pendek.
"Bukan, bukan begitu. Bolehkah terjadi orang baik menolak pilihan orang yang baik?"
"Ya, tidak mengapa. Tetapi mereka tetap menolaknya dengan cara yang baik. Itulah yang terjadi kepada seorang wanita yang bertanyakan haknya untuk menerima atau menolak jodoh yang dipilih oleh ibu bapanya kepada Rasulullah s.a.w."

"Apa hikmah di sebalik kisah itu bang?"
"Kita boleh melihat persoalan ini dari dua dimensi. Pertama, mungkin ada anak-anak yang tidak baik menolak pilihan ibu bapa yang baik. Hikmahnya, Allah tidak mengizinkan orang yang baik menjadi pasangan orang yang tidak baik. Bukankah Allah telah berjanji, lelaki yang baik hanya untuk wanita yang baik dan begitulah sebaliknya?"
Saya terdiam. Benar-benar tenggelam dalam fikiran yang mendalam dengan luahan hikmah itu.

Jodoh Urusan Allah
"Dan mungkin juga anak itu orang baik tetapi ibu bapanya yang tidak baik itu memilih calon yang tidak baik sebagai pasangannya. Maka pada waktu itu syariat membenarkan si anak menolak pilihan ibu bapanya. Ya, itulah kaedah Allah untuk menyelamatkan orang baik daripada mendapat pasangan hidup yang jahat."

"Bagaimana pula jika anak itu baik, dan ibu bapanya pun baik serta calon pilihan ibu bapanya juga baik, tetapi urusan pernikahan masih terbengkalai. Apa maknanya?" tanya saya inginkan penjelasan muktamad.
"Itulah takdir! Mungkin Allah menentukan 'orang baik' lain sebagai jodohnya. Sementara orang baik yang dicadangkan itu telah Allah tentukan dengan orang baik yang lain pula!"

Tiba-tiba saya teringat bagaimana Hafsah yang dicadangkan untuk menjadi calon isteri Sayidina Abu Bakar oleh ayahnya Sayidina Umar tetapi ditolak. Akhir Hafsah bernikah dengan Rasulullah s.a.w. Kebaikan sentiasa berlegar-legar dalam kalangan orang yang baik!

"Jodoh itu urusan Allah. Sudah dicatat sejak azali lagi. Tetapi prinsipnya tetap satu dan satu itulah yang wajib kita fahami. Orang yang baik berhak mendapat jodoh yang baik. Cuma sekali-sekala sahaja Allah menguji orang yang baik mendapat pasangan hidup yang jahat seperti Nabi Lut mendapat isteri yang jahat dan Asiyah yang bersuamikan Firaun laknatullah."

"Apa hikmahnya kes yang berlaku sekali-sekala seperti itu?"
"Eh, abang bukan pakar hikmah! Tetapi mungkin Allah hendak meninggikan lagi darjah dan darjat orang baik ke tahap yang lebih tinggi."
"Hikmah untuk kita?"

"Jika takdirnya pahit untuk kita, terimalah sebagai ubat. Katalah, kita sudah berusaha menjadi orang yang baik dan kita telah pun bernikah dengan pilihan orang yang baik, tetapi jika takdirnya  pasangan kita bermasalah... bersabarlah. Katakan pada diri bahawa itulah jalan yang ditentukan oleh Allah untuk kita mendapat syurga. Maka rebutlah pahala sabar dan redha seperti Nabi Lut dan Nabi Ayyub atau kesabaran seorang isteri bernama Siti Asiah."

Tok, tok, tok. Tiba-tiba pintu bilik tulis saya diketuk. Wajah watak "abang bayangan" saya pergi tiba-tiba. Tersedar saya daripada lamunan yang panjang. Wajah isteri terserlah di sebalik pintu. Sebalik melihatnya terdetak dalam hati sendiri, apakah aku telah menjadi insan yang baik untuk memperbaikinya?
Ah, hati dilanda bimbang mengingatkan makna satu ungkapan yang pernah saya tulis dahulu: "Yang penting bukan siapa isterimu semasa kau nikahinya, tetapi siapa dia setelah menikah denganmu. JAdi, janji Allah tentang lelaki yang baik untuk wanita yang baik bukan hanya berlaku pada awal pernikahan, tetapi di pertengahannya, penghujungnya malah sepanjang jalan menuju syurga!"

- Artikel iluvislam.com

Saturday, February 12, 2011

Wanita Yang Indah

Aduhai wanita... Sungguh mahal dirimu di mata lelaki, tetapi mengapa masih ada lagi yang tidak menyedari? Dirimu sungguh agung di mata lelaki dan terlalu mulia di sisi Penciptamu. Namun itu semua hanya jika kau tahu mengagungkan dan memuliakan dirimu sendiri.

Menjadi wanita adalah satu anugerah yang paling indah. Seharum mana pun wangian kasturi tidak mampu menandingi wangian budi pekertimu, lembutnya gumpalan kapas masih tewas dek kelembutan tingkahmu. Halusnya butiran pasir yang menjadi peneman setia si pantai masih tidak dapat menandingi halusnya tuturmu.

Duhai wanita... Sebenarnya maruah diri yang kau galas lebih berat daripada bongkah-bongkah batu yang besar. Kau menepis dengan penuh sabar setiap godaan nafsu dunia yang datang bertubi-tubi hingga hampir mengheretmu ke kancah yang penuh onak duri. Percayalah wanita, akan ada bahagia di akhir kesengsaraanmu asal saja kesabaran menjadi bentengmu.

Wanita ku... Terima sahaja cemuhan dan makian yang muncul bederu -deru ibarat halilintar yang singgah di cupingmu, terima saja itu dengan senyuman dan ambil saja sebagai halwa telinga yang mengajarkan mu erti kesabaran. Itu sebenarnya dendangan sumbang dari bibir-bibir sumbing yang ingin melihat mu tersungkur. Percayalah akan ada berita manis yang singgah dicupingmu suatu masa nanti asal saja gunung kesabaranmu tidak pernah kau tarah.

Saudara wanitaku, iman mu adalah perisai, agamamu adalah landasanmu di setiap langkah yang kau atur. Jangan sesekali kau biarkan anasir songsang memperkotak-katikkan imanmu apatah lagi agama yang kau kandung hanya kerana nikmat duniawi semata-mata. Jangan kau gadaikan maruahmu yang tidak ada galang gantinya hanya kerana mengejar sesuatu yang tidak mungkin bisa kau kendong.

Andai kata kau tersungkur, segeralah bangkit dan sekiranya kau tersasar jauh dari landasan hidupmu, atur kembali langkahmu bersama titipan iman dan mulakan dengan langkah yang baru. Sedangkan Sang Jentayu yang kepatahan sayapnya masih bisa hidup bertongkat paruh apatah lagi kau yang dianugerahkan akal fikiran. Jangan bersedih wahai wanita, andai apa yang kau ingini tidak kau beroleh di dunia, percayalah syurga itu sentiasa menantimu.

Bulatnya iman dan taqwa Sumaiyah ketika dihunuskan tombak ditubuhnya, demikian jugalah bulat imanmu harus kepada Penciptamu. Peganglah kata kata ini, "Kau sebenarnya tidak akan tersasar seandainya keimananmu kau jadikan sebagai tunjang dalam kehidupan".

Wanita, biar tawadukmu lebih menggungung daripada kejelitaanmu, biar keayuanmu terpancar dek kerana lemah gemalainya perilaku. Biar kebijaksanaanmu terpampang oleh tingginya ilmumu. Jangan sesaat pun kau lupa setianya Masyitah pada Tuhannya, agungnya kasih Khadijah kepada agamanya dan perjuangan srikandi-srikandi agama terdahulu.

Jadikan agamamu sebagai tunjang yang memperkasakan akidahmu.Biar kesabaranmu menjadi benteng perjuanganmu dan lebarkan imanmu dengan sejuta lapis sifat mahmudah. Jadilah kita wanita paling bahagia.

Monday, February 7, 2011

Warkah Buat HAWA..

Hawa,
Andai engkau masih remaja,

jadilah anak yang solehah buat kedua ibu bapamu,
andai engkau sudah bersuami
jadilah isteri yang meringankan beban suamimu,
andai engkau masih ibu,
didiklah anakmu
sehingga dia tidak gentar memperjuangkan ad-din Allah.


Hawa,
Andai engkau belum berkahwin

jangan kau risau jodohmu ,
ingatlah hawa janji Tuhan kita,
wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik.
Jangan dimulakan sebuah pertemuan dengan lelaki yang bukan muhrim
kerana aku khuatir
dari mata jatuh ke hati,
maka lahirnya senyuman maka tercetusnya salam
dan
sekaligus disususli dengan pertemuan
takut lahirnya nafsu kejahatan yang menguasai diri.


Hawa…
Lelaki yang baik tidak melihat paras rupa,

lelaki yang soleh tidak memilih wanita melalui penampilannya,
lelaki yang warak tdak menilai wanita melalui keayuannya,
kemanjaannya,
serta kemampuannya mengoncang iman lelaki.
Tetapi lelaki yang baik akan menilai wanita melalui akhlaknya,
peribadinya dan yang penting pegangan agamanya.

Lelaki yang baik juga
tidak menginginkan pertemuan dengan wanita yang bukan muhrimnya
kerana dia takut memberi kesempatan kepada syaitan untuk mengodanya.

Lelaki yang warak juga tidak mahu bermain cinta
kerana dia tahu apa matlamat dalam sebuah pertemuan lelaki dan wanita
yakni sebuah perkahwinan.

Oleh itu hawa,
Jagalah pandanganmu,

awasilah auratmu,
peliharalah akhlakmu ,
kuatkan pendirianmu.


Andai ditakdirkan
tiada cinta daripada adam untukmu,
cukuplah hanya cinta Allah memenuhi
dan menyinari kekosongn jiwamu,
biarlah hanya cinta daripada kedua ibu bapamu
yang memberi hangatan kebahagiaan buat dirimu ,
cukuplah sekadar cinta adik- beradik
serta
keluarga yang membahagiakan dirimu.

Hawa…..
Cintailah Allah di kala susah dan senang

kerana kau akan memperolehi cinta
daripada insan yang juga menyintai Allah.

Cintailah kedua ibu bapamu
kerana kau akan perolehi keredhaan Allah.

Cintailah keluargamu
kerana kau tak akan jumpa cinta yang bahagia
selain dari cinta keluarga.

Janganlah sesekali
tangan yang menggoncang dunia
juga
yang menggoncang iman lelaki.

SEINDAH HIASAN ADALAH WANITA SOLEHAH..

Sunday, February 6, 2011

Doa ku.... suami utk isterinya

Ya Allah Ya Tuhanku,
Aku berdoa untuk seorang wanita yang akan menjadi sebahagian dari hidupku..
Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu..
Seorang wanita yang akan meletakkanku pada antara dihatinya setelah Engkau..
Seorang wanita yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu..
Aku bukanlah mencintai zahirnya semata-mata kerana cantik..
Tapi hanya kerana hatinya yang teguh mencintai Engkau tuhanku..

Tuhanku..
Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang
yang tidak sempurna..
Agar aku dapat membuatnya sempurna pada pandanganMu..
Dan menyokong dan meneguhkan hidupku..
Seseorang yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu..
Seseorang yang membuatkan senyumanku mengatasi segala kesedihannya..

Tuhanku..
Aku juga meminta.. Jadikan aku lelaki yang dapat membuatnya bangga..
Berikan aku hati yang sungguh mencintai Mu sehingga aku dapat mencintainya
dengan sekadar cintaku..
Berikan aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya..
Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan
bukan hal buruk dalam dirinya..
Berikanlah aku pertuturan yang penuh dengan kebijaksanaan..
Agar aku mampu memberikannya semangat dan sokongan padanya setiap hari
yang mendatang..

Tuhanku..
Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan:
”Bertapa Maha Besarnya Engkau kerana telah memberikan aku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna”
Aku mengetahui bahawa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat..
Dan Engkau membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang Engkau telah tentukan